proposal kti keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita DM



ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DI DESA ............... KECAMATAN PLOSO
KABUPATEN JOMBANG


PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai syarat melanjutkan penelitian studi kasus
Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKES Pemkab Jombang








Oleh:
YUSI KRISDAYANTI
NIM. 141602053






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG
PRODI D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas  berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Salah Satu Anggota Keluarga Menderita Diabetes Mellitus Dengan Masalah Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Di Desa ........... Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini peneliti susun sebagai salah satu persyaratan untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pemkab Jombang pada Program Studi D3 Keperawatan.
Dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mendapat pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1.      drg. Budi Nughroho, MPPM, selaku Ketua Stikes Pemkab Jombang, yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
2.      Mamik Ratnawati, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan Stikes Pemkab Jombang yang telah mendukung dan memberikan motivasi dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
3.      Dr. Sestu R, S.Kp.M.Kes selaku pembimbing  I yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
4.      Pawiono, SST.M.PH selaku pembimbing  II yang telah banyak pula memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
5.      Segenap Dosen Pengajar STIKES Pemkab Jombang atas bimbingan dan arahannya.
6.      Kepala Desa .........., Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang yang telah memberikan dukungan dan izin untuk melakukan penelitian.
7.      Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik moral maupun spiritual.
8.      Rekan-rekan mahasiswa Program D III Keperawatan angkatan 2014 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pemkab Jombang yang turut memberikan dukungan dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Peneliti menyadari bahwa penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi penyempurnaan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikianlah proposal Karya Tulis Ilmiah ini peneliti buat, semoga bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.


Jombang,....................


                                                                                   Peneliti
 



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan istilah kedokteran untuk sebutan penyakit, yang di kalangan masyarakat umum dikenal sebagai penyakit gula atau kencing manis. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di dalam masyarakat. Penyakit ini menyebabkan perubahan-perubahan didalam tubuh diantaranya minum yang menjadi lebih banyak (polidipsia), buang air kecil lebih sering (poliuria), rasa lapar yang semakin besar (polifagia), kesemutan, gatal, lelah dan mengantuk (NANDA, 2016). Penyebab-penyebab itu yang dapat menurunkan skala Activity Daily Living (ADL), yang menjadi faktor penyebab permasalahan pemeliharaan kesehatan. Banyak penderita diabetes mellitus dikarenakan gaya hidup atau perilaku masyarakat yang tidak memperhatikan pola hidup sehat. Perilaku dan gaya hidup yang kurang memperhatikan pola hidup sehat disebabkan oleh pengetahuan dan informasi kurang, sehingga menyebabkan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (NANDA, 2012).
Diabetes mellitus  merupakan satu dari empat penyakit tidak menular (PTM) tertinggi yang berakibat pada kematian, tiga penyakit lainnya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan penyakit paru paru kronik (Aditama, 2012). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa diabetes merupakan penyebab kematian nomor enam dari seluruh kematian pada semua kelompok umur, di Indonesia sebanyak 12 juta menderita diabetes mellitus. Badan kesehatan dunia (World Health Organization) memperkirakan kenaikan jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia dari 8.4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21.3 juta jiwa pada tahun 2030. Kondisi ini membuat peringkat Indonesia menduduki peringkat empat setelah Amerika Serikat, Cina dan India (Aditama, 2012).  Berdasarkan hasil data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jombang penyakit diabetes mellitus di puskesmas bawangan menempati peringkat kedelapan dari 34 puskesmas di wilayah Kabupaten Jombang, penderitanya sejumlah 839 orang.
Meningkatnya jumlah penderita diabetes mellitus dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya diabetes mellitus tipe 1 yaitu faktor keturunan atau genetik yang bersifat heterogen, multigen dan virus , diabetes mellitus tipe II yaitu usia, obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus tipe II, kebiasaan diet, kurang berolahraga, bahan toksin atau beracun, kehamilan diabetes gestasional (Rumahorbo, 2012). Banyak penderita diabetes mellitus dikarenakan gaya hidup atau perilaku masyarakat yang tidak memperhatikan pola hidup sehat seperti konsumsi gizi seimbang dan berolahraga cukup. Perilaku dan gaya hidup yang kurang memperhatikan pola hidup sehat disebabkan oleh pengetahuan dan informasi kurang, oleh karena itu dibutuhkan peran keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus, tetapi tidak  semua anggota keluarga mengetahui cara merawat anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus, dan ditambah dengan minimnya informasi sehingga menyebabkan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (NANDA, 2012).
Sebenarnya diabetes mellitus dapat dicegah mengendalikan faktor resiko bersamanya, yaitu diet yang tidak sehat, aktivitas fisik, dan pola makan, oleh karena itu upaya yang terbaik dengan meningkatkan kepedulian keluarga dalam berperilaku sehat. Pengetahuan tentang diit diabetes yang benar perlu diberikan agar dapat meningkat pengetahuan dan kewaspadaan keluarga terhadap diabetes mellitus melalui penyebar luasan informasi secara efektif. Pemberian asuhan keperawatan keluarga yang tepat sangatlah penting untuk mengatasi kasus ini. Intervensi keperawatan keluarga yang tepat adalah dengan memperluas informasi dan pengetahuan keluarga, membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat situasi yang ada untuk memutuskan mengambil tindakan yang tepat, mengajarkan kepada keluarga perawatan yang tepat, membantu keluarga memodifikasi lingkungan dalam perawatan, dan membantu keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan (Muhlisin, 2012). Melihat dari data diatas perlu adanya keluarga yang mengerti tentang pengertian diabetes mellitus dan cara merawat anggota keluarga yang sakit terutama pada klien dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, dengan cara keluarga diberi pendidikan kesehatan dan informasi mengenai diabetes mellitus.

1.2  Batasan Masalah
Dari latar belakang diatas, batasan masalah yang diambil peneliti dari studi kasus ini yaitu asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang.

1.3  Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang?

1.4  Tujuan Penelitian
1.4.1        Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan,  menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP di Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang.
1.4.2        Tujuan Khusus
1)      Mampu melakukan pengkajian data secara subjektif dan objektif pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
2)      Mampu menetapkan diagnosa keperawatan keluarga pada  keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
3)      Mampu menyusun rencana keperawatan keluarga pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
4)      Mampu melaksanakan rencana keperawatan pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
5)      Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
6)      Mampu menganalisis perbedaan dari tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.

1.5  Manfaat Penelitian
1.5.1        Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi atau acuan untuk mengembangkan ilmu keperawatan terutama tentang asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
1.5.2        Manfaat Praktis
1)Bagi Tenaga Kesehatan
      Meningkatkan keterampilan bagi tenaga kesehatan dalam menangani keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
2)      Bagi Pelayanan Kesehatan
      Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dalam asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
3)      Bagi Institusi Pendidikan
      Sebagai tambahan referensi dan informasi dalam hal kepustakaan dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi mahasiswa tentang asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
4)      Bagi Klien
      Sebagai tambahan pengetahuan pada klien tentang asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
5)      Bagi Keluarga
      Sebagai tambahan pengetahuan pada keluarga tentang asuhan keperawatan keluarga pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Konsep Keluarga
2.1.1        Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes R.I, 1988 dalam Achjar, 2012).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu- individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998 dalam Achjar, 2012).
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dua atau lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus, saling pengertian dan saling menyayangi (Murray & Zentner, 1997 dalam Achjar, 2012).
2.1.2        Tipe/Bentuk Keluarga
Berbagai bentuk dan tipe keluarga dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional (Allender dan Spradley ,2001 dalam Achjar, 2012),  :
a)      Keluarga tradisional
1)      Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung dan atau anak angkat.
2)      Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
3)      Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
4)      Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
5)      Single adult, yaitu rumah tangga yang terdiri dari seorang dewasa saja.
6)      Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
b)      Keluarga non tradisional
1)      Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah
2)      Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga.
3)      Homoseksual yaitu individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga.


2.1.3        Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga (Setiawati & Dermawan, 2005 dalam Achjar, 2012).
1)      Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2)      Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan bagaimana keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.
3)      Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawat kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota.
4)   Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5)      Fungsi biologis
Fungsi biologis, bukan hanya ditunjukkan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6)      Fungsi psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga
7)      Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannnya.


2.1.4        Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas perkembangan yang berbeda (Carter & Mc Goldrick,1988 dalam Achjar, 2012).
1)      Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubunggan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menmjadi orang tua.
2)      Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluaraga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing.
3)      Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahp III yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisaikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluraga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
4)      Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5)      Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan pada tahap ke V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuaka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6)      Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbarui hubungan perkawinan, memban mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
7)      Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga tahap VII yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
8)      Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga pada tahp VIII yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.
2.1.5        Level pencegahan perawatan keluarga
Pelayanan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi (Achjar, 2012)
1)      Pencegahan primer (primary prevention), merupakan tahap pencegahan yang dilakukan sebelum masalah timbul, kegiatannya berupa pencegahan tu anak mandiri, spesifik (specific protection) dan promosi kesehatan (health promotion) seperti pemberian pendidikan kesehatan, kebersihan diri, penggunaan sanitasi lingkunagn yang bersih, olah raga, imunisasi, perubahan gaya hidup. Perawat keluarga harus membantu keluarga untuk memikul tanggung jawab kesehatan mereka sendiri, keluarga tetap mempunyai peran penting dalam membantu anggota keluarga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
2)      Pencegahan sekunder (secondary prevention), yaitu tahap pencegahan kedua yang dilakukan pada awal masalah timbul maupun saat masalah berlangsung, dengan melakukan deteksi dini (early detection/diagnosis) dan melakukan tindakan, deteksi dini adanya gangguan kesehatan.
3)      Pencegahan tersier (tertiary prevention), merupakan pencegahan yang dilakukan pada saat masalah kesehatan telah selesai, selain mencegah komplikasi juga meminimalkan keterbatasan (disability limitation) dan memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation) seperti melakukan rujukan kesehatan, melakukan konseling kesehatan bagi yang bermasalah, memfasilitasi ketidakmampuan dan mencegah kematian. Rehabilitasi meliputi upaya pemulihan terhadap penyakit atau luka hingga pada tingkat fungsi yang optimal aecara fisik, mental, sosial dan emosional.
2.1.6        Tugas Keluarga
Menurut Achjar (2012) tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data maladaptive pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah :
1)      Mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana presepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab, dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
2)      Mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negativ dari keluarga terhadap maslah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3)      Merawat anggota keluarga yang sakit, seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.
4)      Memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygine sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5)      Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap pengguanaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluraga, adakah pengalaman  yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

2.2  Konsep Diabetes Mellitus Secara Umum
2.2.1        Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati (NANDA, 2016).
2.2.2        Klasifikasi Diabetes Mellitus
1)      Klasifikasi Klinis
a)      Diabetes Mellitus
(1)   Tipe I : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun.
(2)   Tipe II : NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati:
(a)    Tipe II dengan obesitas
(b)   Tipe II tanpa obesitas
b)      Gangguan toleransi glukosa
c)      Diabetes kehamilan
2)      Klasifikasi Resiko Statistik
a)      Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b)      Berpotensi menderita kelainan glukosa
2.2.3        Penyebab Diabetes Mellitus
1)      DM Tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh:
a)      Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I
b)      Faktor imunologi (autoimun)
c)      Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan ekstruksi sel beta.
2)      DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II: usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu:
a)      <140 mg/dL → normal
b)      140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu
c)      ≥200 mg/dL → diabetes (NANDA, 2016).
2.2.4        Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Manifestasi klinis diabetes mellitus (DM) dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin:
1)      Kadar glukosa puasa tidak normal
2)      Hiperglikemia berat  berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3)      Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4)      Lelah dan mengantuk
5)      Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva.

Kriteria diagnosis diabetes mellitus (DM):
1.      Gejala klasik diabetes mellitus (DM)+glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
2.      Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
3.      Gejala klasik diabetes mellitus (DM)+glukosa plasma ≥ 126 mg/dL (7,0 mmo/L)
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
4.      Glukosa plasma 2 jampada TTGO≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air.
Cara penatalaksaan TTGO (NANDA: 2016):
1.      3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan karbohidrat yang cukup)
2.      Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
3.      Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
4.      Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/ kgBB (anak-anak), dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
5.      Berpuasa kembali sampai pengambilan sempel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai.
6.      Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7.      Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
2.2.5        Komplikasi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit yang menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya, karena itu jelaslah bahwa diabetes bisa menjadi komplikasi yang akut maupun kronis:
1)      Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun dengan tajam dengan waktu yang relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa menurun dengan drastis jika penderita menjalani diit yang terlalu ketat. Perubahan yang besar dan mendadak dapat berakibat fatal.
Berikut beberapa komplikasi akut yang disebabkan oleh diabetes mellitus:
a)      Hipoglikemia
Hipoglikemia yaitu keadaan seseorang dengan kadar glukosa darah dibawah nilai normal. Gejala hipoglikemi ditandai dengan munculnya rasa lapar, gemetar, keluar keringat, berdebar-debar, pusing, gelisah dan penderita bisa menjadi koma.


b)      Ketoisidosis diabetik-koma
Ketoisidosis diabetik-koma yaitu keadaan tubuh yang sangat mendadak akibat infeksi, lupa suntik insulin, pola makan yang terlalu bebas, atau stress.
c)      Koma hiperosmoler non ketotik
Koma hiperosmoler non ketotik akibat dari adanya dehidrasi berat, hipotensi, dan shock, karena itu koma tanpa penimbunan lemak yang mengakibatkan penderita menunjukkan pernapasan yang cepat dan dalam (kusmaul).
d)     Koma lakto asidosis
Koma lakto asidosis yaitu keadaan tubuh dengan asam laktat yang tidak dapat diubah menjadi bikarbonat, akibatnya kadar asam laktat dalam darah meningkat dan seseorang bisa mengalami koma.
2)      Komplikasi Kronis
Tabel 2.1 Komplikasi kronis yang disebabkan oleh diabetes mellitus
Organ/ Jaringan yang terkena
Yang Terjadi
Komplikasi
Pembuluh Darah
Plak aterosklerotik terbentuk dan menyumbat arteri berukuran sedang atau besar di jantung, otak, tungkai dan penis, dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh darah tidak dapat menstransfer oksigen secara normal dan mengalami kebocoran.
Sirkulasi yang jelek menyebabkan penyembuhan luka yang jelek dan bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, ganggrene kaki dan tangan, impoten dan infeksi.
Mata
Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina
Gangguan penglihatan dan pada akhirnya bisa terjadi kebutaan.
Ginjal
a)       Penebalan pembuluh darah ginjal.
b)       Protein bocor kedalam air kemih
c)       Darah tidak disaring secara normal
Fungsi ginjal yang buruk gagal ginjal.
Saraf
Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara normal dan karena aliran darah kurang.
a)       Kelemahan tungkai yang terjadi secara tiba-tiba atau secara perlahan.
b)       Berkurangnya rasa kesemutan dan nyeri ditangan dan kaki.
c)       Kerusakan saraf menahun.
Sistem saraf otonom
Kerusakan pada saraf yang mengendalikan tekanan darah dan saluran pencernaan.
a)       Tekanan darah yang naik turun.
b)       Kesulitan menelan dan perubahan fungsi pencernaan disertai serangan diare.

2.2.6        Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus
1)      Kadar gula darah
Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL)
Kadar glukosa darah
DM
Belum pasti
Sewaktu

DM
Plasma vena
> 200
100-200
Darah kapiler
> 200
80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL)
Kadar glukosa darah
DM
Belum pasti
Puasa

DM
Plasma vena
> 120
110-120
Darah kapiler
> 110
90-110

2)      Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
a)      Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b)      Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c)      Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl)
3)      Tes laboratorium diabetes mellitus (DM)
Jenis tes pada pasien diabetes mellitus (DM) dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
4)      Tes saring
Tes-tes saring pada diabetes mellitus (DM) adalah:
a)      GDP, GDS
b)      Tes Glukosa urin:
(1)   Tes konvensional (metode reduksi/ Benedict)
(2)   Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
5)      Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada diabetes mellitus (DM) adalah: GDP, GDS, GD2PP (Glukosa darah 2 jam post prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO
6)      Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring terapi diabetes mellitus (DM) adalah:
a)      GDP: plasma vena, darah kapiler
b)      GD2 PP: plasma vena
c)      A1c: darah vena, darah kapiler
7)      Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah:
a)      Mikroalbuminuria: urin
b)      Ureum, kreatinin, asam urat
c)      Kolesterol total: plasma vena (puasa)
d)     Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)
e)      Kolesterol HDL: plasma vena (puasa)
f)        Trigliserida: plasma vena (puasa)
(NANDA, 2016).
2.2.7        Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
1)      Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal
2)      Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat
3)      Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula darah.
4)      Pelajari mencegah infeksi: kebersihan kaki, hindari perlukaan
5)      Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayuran dan sereal
6)      Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak kolesterol LDL, antara lain: daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus salad, dan makanan pencuci mulut berlemak lainnya.
7)      Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam (NANDA, 2016).



2.3  Konsep Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
2.3.1        Pengertian ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan adalah ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan (Diagnosa Keperawatan, 2015-2017).
2.3.2        Pemeliharaan yang Efektif dalam Menghadapi Diabetes
1)      Adanya keseimbangan antara kadar insulin dan gula di dalam tubuh
Insulin dikeluarkan oleh pankreas yaitu kelenjar yang tersembunyi di dekat usus. Bila pankreas itu bekerja secara normal, akan terdapat sistem umpan-balik yang memungkinkannya menyediakan jumlah insulin yang dibutuhkan untuk menghadapi jumlah karbohidratyang dimakan, secara tepat.
2)      Mengetahui akan bahaya kelebihan gula dalam makanan
Pankreas membuat insulin, dan selanjutnya insulin ini menghadapi gula di dalam tubuh yang berasal dari karbohidrat yang dimakan, jikalau karena satu atau lain sebab, pengeluaran insulin oleh tubuh itu tidak cukup atau jika tidak dipakai secara semestinya, akibatnya kadar gula dalam darah bertambah banyak (diabetes). Meningkatnya kadar gula dalam darah ini akan menghasilkan atherosclerosis dan ini akan menyebabkan gangguan jantung. Kelebihan gula dalam darah dapat juga membahayakan banyak organ-organ tubuh lainnya, seperti mata, saraf, dan mengidap bisul yang tak tersembuhkan. Diabetes mellitus akan menjadi penyakit yang sangat berbahaya bila dibiarkan begitu saja tanpa diperiksa.
3)      Mengetahui sebab-sebab diabetes
Sebab-sebab diabetes belum semuanya diketahui, tetapi yang pasti adalah bahwa diabetes merupakan penyakit yang turun-temurun. Jika salah satu orangtua menderita diabetes, ada kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes juga, tetapi jika kedua orangtua menderita diabetes kemungkinan ini hampir dapat dipastikan. Penyebab lain diabetes anatara lain kegemukan dan stress.
4)      Mendeteksi diabetes mellitus
Diabetes biasanya dapat diketahui dengan mudah dengan memeriksa air kencing. Ini bisa dilakukan di rumah asal memiliki jenis kertas testing yang betul. Penting sekali memeriksa diabetes pada tahap awal tidak menampakkan gejala dan seseorang tidak akan menyadarinya. Penyebab diabetes mellitus yang tidak diketahui dan tidak diobati yaitu terjadinya kerusakan pada dinding-dinding pembuluh nadi dan kerusakan pada bagian lainnya yang akhirmya mempengaruhi banyak organ tubuh yang vital.
5)      Mengetahui tanda-tanda kemungkinan diabetes mellitus
Tanda-tanda kemungkinan diabetes yaitu tubuh terasa lemah, rasa haus yang berlebih, sering kecing, rasa lapar yang berlebihan, kehilangan berat badan secara tiba-tiba, terjadi bisul dan infeksi pada tubuh yang tidak hilang-hilang, dan rasa nyeri yang tak diketahui sebabnya (neuritis).


6)      Mengetahui pengobatan diabetes mellitus
Pengobatan diabetes mellitus secara efektif sekarang ini dengan penyuntikan insulin tambahan ke dalam tubuh. Dosis tambahan insulin yang disuntikkan akan menutup kekurangan insulin di dalam tubuh yang menyebabkan diabetes mellitus. Kalori keseluruhan yang masuk ke dalam tubuh penderita diabetes mellitus harus dibatasi, tetapi harus dijamin bahwa jumlah minimal lemak, karbohidrat dan protein dimakan. Insulin di dalam tubuh kemudian akan dapat menghadapi karbohidrat di dalam tubuh secara memuaskan dan menjamin bahwa tidak ada kelebihan kadar gula di dalam tubuh. Bagi penderita diabetes mellitus lebih penting mengurangi jumlah keseluruhan kalori yang masuk ke dalam tubuh dari pada mengamati proporsi protein, karbohidrat dan lemak yang dimakan oleh seseorang, tetapi memang masih harus ada keseimbangan antara proporsi tersebut. (Barnard, 2012)
2.4  Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien dengan Diabetes Mellitus
2.4.1        Pengkajian Keperawatan
1)      Data Umum
a)      Identitas kepala keluarga
1.      Kepala Keluarga (KK)       :
2.      Alamat dan telepon            :
3.      Pekerjaan KK                     :
4.      Pendidikan KK                  :
5.      Komposisi keluarga            :
b)      Komposisi anggota keluarga
Tabel 2.3 Komposisi Keluarga (Achjar, 2012)
Nama
Umur
Sex
Hubungan dengan KK
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan

Penyakit diabetes banyak terjadi pada usia lebih dari 15 tahun
Penyakit diabetes banyak terjadi pada jenis kelamin perempuan daripada laki-laki
Jika salah satu anggota keluarga menderita penyakit diabetes, kemungkinan besar keturunannya akan menderita penyakit yang sama (diabetes mellitus)




c)      Genogram
Genogram harus mencakup minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan gambar dengan simbul berbeda (Achjar, 2012).
Genogram pada penderita diabetes mellitus:

1.        Laki – laki                              :
2.        Perempuan                              :
3.       

 
Meninggal dunia                    :
4.        Tinggal serumah                     :
5.        Pasien yang diidentifikasi      :
6.        Kawin                                     :
7.        Cerai                                       :


 
8.        Anak adopsi                           :








 
9.        Anak Kembar                         :
 

10.    Aborsi / keguguran                 :  


d)     Tipe/ bentuk keluarga
Pada tipe/bentuk keluarga tidak ada pengaruhnya terhadap penyakit diabetes mellitus.
e)      Suku bangsa
Pada suku bangsa tidak ada pengaruhnya terhadap penyakit diabetes mellitus.
f)       Agama
Pada semua agama tidak ada pengaruhnya terhadap penyakit diabetes mellitus.
g)      Status sosial ekonomi keluarga 
Penyakit diabetes mellitus juga dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok sosial-ekonomi mulai dari sosial-ekonomi rendah, menengah sampai atas bisa terkena penyakit diabetes mellitus.

h)      Aktifitas rekreasi keluarga
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus, jarang bahkan tidak pernah melakukan aktifitas rekreasi olahraga.
2)      Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a)    Tahap perkembangan keluarga (ditentukan dengan anak tertua)
Tahap perkembangan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti yang salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dan mengkaji anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan tugas sesuai tahapan perkembangan keluarga.
b)   Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga yaitu ketidakmampuan anggota keluarga merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus, karena tidak tahu bagaimana cara merawatnya.
c)    Riwayat kesehatan keluarga inti
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus, di dalam keluarganya ada yang menderita penyakit yang sama (diabetes mellitus).
d)   Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus, di dalam keluarganya ada yang menderita penyakit yang sama (diabetes mellitus), dan kebiasaan yang dilakukan makan banyak mengandung gula dan karbohidrat, kurang melakukan olahraga dan melakukan diet yang tidak sehat.
3)      Data Lingkungan
a)    Karakteristik Rumah: Tidak ada hubungannya dengan penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga
1.      Ukuran rumah (Luas Rumah)
2.      Kondisi dalam dan luar rumah
3.      Kebersihan rumah
4.      Ventilasi rumah
5.      Saluran pembuangan air limbah
6.      Air bersih
7.      Pengelolaan sampah
8.      kepemilikan rumah
9.      Kamar mandi/ wc
10.  Denah rumah

b)   Karakteristik Tetangga Dan Komunitas Tempat Tinggal
Karakteristik tetangga dan komunitas setempat tidak ada hubungannya dengan penyakit diabetes mellitus namun pada kebiasaan dan budaya seperti kebiasaan makan dengan banyak mengandung karbohidrat bisa mempengaruhi adanya penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga.
c)    Mobilitas Geografis Keluarga
Penyakit diabetes mellitus tidak ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga dalam berpindah tempat.
d)   Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak ada hubungannya dengan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul dan berinteraksi dengan masyarakat.
e)    Sistem Pendukung Keluarga
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga mempengaruhi jumlah keluarga yang sehat dan fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan, jika anggota keluarga yang sehat mampu merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus dan keluarga memiliki fasilitas yang menunjang kesehatan maka kesehatan akan terpelihara.
4)      Struktur Keluarga
a)    Pola Komunikasi Keluarga
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak dipengaruhi oleh cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga.

b)   Struktur Kekuatan Keluarga
Pemeliharaan kesehatan pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus dipengaruhi oleh respon anggota keluarga yang sehat, jika keluarga mengerti dan mampu merawat salah satu anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus maka kesehatan anggota keluarga penderita diabetes mellitus akan terpelihara.
c)    Struktur Peran
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak dipengaruhi oleh peran dari masing-masing anggota keluarga.
d)   Nilai Dan Norma Keluarga
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak dipengaruhi oleh nilai dan norma yang dianut keluarga.
5)      Fungsi Keluarga
a)      Fungsi Afektif
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam mengekspresikan perasaan kasih sayang dan perasaan saling memiliki, saling menghargai, kehangatan dalam keluarga.
b)      Fungsi Ekonomi
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak ada hubungannya keluarga dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
c)      Fungsi Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi pengetahuan keluarga akan penanganan pada salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus.

d)     Fungsi Sosialisasi
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga yang sakit tidak ada hubungannya dengan interaksi atau hubungan dalam keluarga.
e)      Fungsi Perawatan Kesehatan
Pemeliharaan kesehatan penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga mengenai penyakit diabetes mellitus dan kondisi perawatannya (bukan hanya kalau sakit diapakan tetapi bagaimana pencegahannya).
f)       Fungsi Religius
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak dipengaruhi oleh kegiatan keagamaan.
6)      Stres Dan Koping Keluarga
a)    Stressor Jangka Panjang
Stressor yang dialami keluarga dengan pengobatan yang dilakukan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b)   Stressor Jangka Pendek
Penyakit diabetes mellitus pada salah satu anggota keluarga tidak ada hubungannya dengan stressor yang dialami keluarga dengan masalah keuangan yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

c)    Respon Keluarga Terhadap Stress
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus tidak ada hubungannya dengan respon keluarga dalam menghadapi stressor.
d)               Strategi Koping Yang Digunakan
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus tidak ada hubungannya dengan strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
e)    Strategi adaptasi yang disfungsional
Pada keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus tidak ada hubungannya dengan strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
7)      Pemeriksaan Fisik (head to toe)
a)    Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b)   Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
c)    Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata, mulut THT, leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia.
d)   Pemeriksaan fisik pada pasien dengan diabetes mellitus
(1)   Kepala
Pada klien diabetes mellitus biasanya pada pemeriksaan kepala tidak mengalami gangguan.
(2)   Mata
Pada klien diabetes mellitus biasanya ditemukan gangguan penglihatan atau mata kabur, hal ini menunjukkan terjadinya komplikasi aterosklerosis.

(3)   Hidung
Pada klien diabetes mellitus biasanya pada pemeriksaan hidung tidak mengalami gangguan.
(4)   Mulut
Pada klien diabetes mellitus biasanya pada pemeriksaan inspeksi didapatkan mulut kering (dalam kondisi ini dehidrasi akibat diuresis osmosis), dan pucat ( apabila mengalami asidosis atau penurunan perfusi jaringan pada stadium).
(5)    Leher
Pada klien diabetes mellitus biasanya pada pemeriksaan inspeksi tampak bendungan vena jugularis, pembesaran limfe leher, dapat muncul apabila infeksi sistemik.
(6)   Dada
Pada klien diabetes mellitus biasanya pada pemeriksaan dada tidak mengalami gangguan.
(7)   Abdomen
Pada klien diabetes mellitus biasanya mengalami pembesaran abdomen.
(8)   Ekstremitas
Pada klien diabetes mellitus biasanya ditemukan rasa kesemutan, penurunan kekuatan otot sampai kelumpuhan. pada pemeriksaan inspeksi biasanya ada luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban di daerah sekitar ulkus, kemerahan kulit pada sekitar luka. Pada pemeriksaan palpasi biasanya turgor menurun.
(9)   Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi dan tekanan darah: takhipnea (pada kondisi ketoasidosis). Demam (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada luka atau jaringan lain), hipotermi (pada penderita yang tidak mengalami infeksi atau penurunan metabolik akibat menurunnya masukan nutrisi secara drastis (Rumahorbo, 2012).
8)      Harapan keluarga
Harapan keluarga dengan salah satu anggota keluarga penderita diabetes mellitus terhadap petugas kesehatan agar dapat membantu masalah kesehatan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.
2.4.2        Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan perumusan diagnosis keperawatan.
2.4.3        Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan disusun berdasarkan jenis diagnosis seperti :
1)      Diagnose sehat/wellness
Diagnosa sehat/wellness, digunkan bila keluarga mempunyai potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptive. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga potensial, hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S (symptom/sign), tanpa komponen etiologi (E).
2)      Diagnose ancaman (resiko)
Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga resiko, terdiri dari P (problem), etiologi (E)  dan (symptom/sign) S.
3)      Diagnose nyata/gangguan
Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatan di keluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata/ gangguan, terdiri dari P (problem), etiologi (E)  dan (symptom/sign) S.
Perumusan Problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan Etiologi (E) mengacu pada masalah keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan adalah :
1)   Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, meliputi :
a)    Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit
b)   Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c)    Sumber-sumber yang ada dalam keluarga
d)   Sikap keluarga terhadap yang sakit
Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga, selanjutnya masalah kesehatan keluarga ada, perlu di prioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga.
Tabel 2.4 Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga

KRITERIA
BOBOT
SKOR
Sifat masalah
1
Aktual = 3
Resiko = 2
Potensial = 1
Kemungkinan masalah untuk dipecahkan
2
Mudah = 2  
Sebagian = 1
Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk dicegah
1
Tinggi = 3
Rendah = 2
Cukup = 1
Menonjolnya masalah
1
Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0

2.4.4        Intervensi Keperawatan
Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan keluarga adalah melakukan perencanan. Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang disertai rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten.
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penepatan tujuan jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan kusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). tujuan jangka pendek harus SMART (S=Spesifik, M=Measurable/ dapat diukur, A=Achievable/dapat dicapai, R=reality, T=time limited/ punya limit waktu).

Tabel 2.5 Intervensi keperawatan asuhan keperawatan keluarga

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
STANDAR EVALUASI
INTERVENSI
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 minggu dengan kunjungan rumah 3x seminggu diharapkan masalah keperawatan keluarga ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit teratasi.




Tujuan Khusus :
Setelah pertemuan 6 x 30-60 menit, keluarga mampu :
1)     Mengenal masalah keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan pada diabetes mellitus
a)       Menjelaskan apa yang dimaksud diabetes mellitus










Respon verbal









Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi atau peningkatan kadar gula dalam darah yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati.









Diskusikan dengan keluarga pengertian diabetes mellitus.
Anjurkan keluarga untuk menjelaskan kembali pengertian diabetes mellitus.

b)       Menjelaskan tanda/gejala diabetes mellitus

Respon verbal
Menyebutkan 5 tanda gejala diabetes mellitus:
1)        Kadar glukosa puasa tidak normal
2)        Peningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3)        Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4)        Lelah dan mengantuk
5)        Gejala lain seperti kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva.
Diskusikan tanda dan gejala diabetes mellitus yang biasanya terjadi.

Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali tanda dan gejala diabetes mellitus.

Beri pujian atas jawaban yang benar

c)     Menjelaskan penyebab diabetes mellitus

Respon verbal
Menyebutkan penyebab diabetes mellitus:
1)    DM Tipe 1
yang disebabkan oleh:
a) Faktor genetik
b) Faktor imunologi
c) Faktor lingkungan: virus atau toksin
2)    DM tipe II
Disebabkan oleh: usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Diskusikan bersama keluarga penyebab diabetes mellitus.

Motivasi keluaarga untuk mengulang kembali penyebab  diabetes mellitus.

Jelaskan kembali hal-hal yang telah didiskusikan.

2)     Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada diabetes mellitus
a)       Menjelaskan akibat yang terjadi bila diabetes mellitus tidak diatasi

Respon verbal
Menyebutkan akibat yang terjadi apabila penyakit diabetes mellitus tidak ditangani dengan baik, akan menimbulkan resiko besar untuk meninggal karena komplikasinya. Diabetes mellitus dapat mengakibatkan kerusakan antara lain :
1) Pembuluh darah: penyumbatan arteri bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, ganggrene kaki dan tangan, impoten dan infeksi.
2) Mata: Gangguan penglihatan dan pada akhirnya bisa terjadi kebutaan.
3) Ginjal: Gagal ginjal
4) Saraf: Kelemahan tungkai yang terjadi secara tiba-tiba atau secara perlahan, berkurangnya rasa kesemutan dan nyeri ditangan dan kaki dan kerusakan saraf menahun.
5) Sistem saraf otonom: Tekanan darah yang naik turun, kesulitan menelan dan perubahan fungsi pencernaan disertai serangan diare.
Identifikasi akibat dari penyakit diabetes mellitus.

Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali akibat dari penyakit diabetes mellitus.


b)       Mengambil keputusan untuk mencegah diabetes mellitus agar tidak bertambah parah.

Respon verbal
Keputusan keluarga untuk mengatasi diabetes mellitus agar tidak bertambah berat.
Diskusikan dengan keluarga tentang penyakit diabetes mellitus yang dialami untuk mengambil keputusan selanjutnya
Gali pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi penyakit diabetes mellitus.

Motivasi keluarga untuk memutuskan mengatasi  penyakit diabetes mellitus secara tepat.

Beri reinforcement atas keputusan yang diambil keluarga.            

3)     merawat keluarga dengan diabetes mellitus.
a)    menjelaskan cara merawat diabetes mellitus




Respon verbal
Cara perawatan penyakit diabetes mellitus dengan cara :
1)      Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal
2)      Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat
3)      Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan
4)      Pelajari mencegah infeksi: kebersihan kaki, hindari perlukaan
5)      Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayuran dan sereal
6)      Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak kolesterol LDL, antara lain: daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus salad, dan makanan pencuci mulut berlemak lainnya.
7)      Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam
Gali pengetahuan keluarga dalam mengatasi penyakit diabetes mellitus.

Diskusikan dengan keluarga car perawatan penyakit diabetes mellitus. 

Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali apa yang telah disampaikan.

b)    Mendemonstrasikan cara perawatan diabetes mellitus

Respon psikomotor
Keluarga mendemonstrasikan kembali cara perawatan diabetes mellitus seperti
1)    Keluarga dapat melakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal.
2)    Keluarga dapat mengurangi makanan yang mengandung gula dan karbohidrat
3)    Keluarga dapat membuat anggota keluarga dengan diabetes mellitus untuk mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan.
4)    Keluarga dapat mencegah infeksi dengan selalu menjaga kebersihan kaki dan menghindari perlukaan.
5)    Keluarga dapat memperbanyak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayuran dan sereal.
6)    Keluarga dapat membuat anggota keluarga dengan diabetes mellitus untuk menghindari makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak kolesterol LDL, antara lain: daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus salad, dan makanan pencuci mulut berlemak lainnya.
Demostrasikan cara perawatan diabetes mellitus seperti :
1)    melakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal.
2)    Keluarga dapat mengurangi makanan yang mengandung gula dan karbohidrat.
3)    Keluarga dapat membuat anggota keluarga dengan diabetes mellitus untuk mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan.
4)    Keluarga dapat mencegah infeksi dengan selalu menjaga kebersihan kaki dan menghindari perlukaan.
5)    Keluarga dapat memperbanyak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayuran dan sereal.
6)    Keluarga dapat membuat anggota keluarga dengan diabetes mellitus untuk menghindari makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak kolesterol LDL, antara lain: daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus salad, dan makanan pencuci mulut berlemak lainnya


4)     keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam perawatan diabetes mellitus.

Respon verbal
Menciptakan suasana rumah yang tenanag, kembangkan komunikasi yang terbuka, menyediakan waktu dan menjadi pendengar yang baik bagi keluarga.
Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan dan komunikasi yang efektif untuk mengurangi diabetes mellitus. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum jelas.

5)     keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan bila diabetes mellitus berlanjut :
a)       menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
b)       memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Respon verbal






Respon psikomotor
Menjelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi diabetes mellitus.
Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaan pelayanan kesehatan.

Anjurkan keluarga untuk periksa ke pelayanan kesehatan lebih dari 3 kali sebulan dan segera kontrol jika obat habis.
Tanyakan perasaan keluarga setelah mengunjungi fasilitas kesehatan.


2.4.5        Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari  keluarga, memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup umtuk merencanakan implementasi (Achjar, 2012).
2.4.6        Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari serangkaian program yangdigunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang dicapai (Patton, 1986 dalam Helvie, 1998). Program evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencana program dan pengambilan kebijakan tentang efektifitas dan efisiensi program. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan kerampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga.
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk unpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dialakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan. Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga, didokumentasi dalam SOAP (subjektif, objektif, analysis, planning) (Achjar, 2012).


Tabel 2.6 Implementasi Dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga
TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
EVALUASI
PARAF

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Dengan menggunakan leaflet, mendiskusikan bersama keeluarga tentang pengertian diabetes mellitus, gejala diabetes mellitus, penyebab diabetes mellitus.

Menanyakan pada keluarga tentang hal-hal yang belum dimengerti menyangkut pengertian diabetes mellitus, gejala diabetes mellitus, penyebab diabetes mellitus.

Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali pengertian diabetes mellitus, gejala diabetes mellitus, penyebab diabetes mellitus.

Memberi pujian atas jawaban yang benar dari keluarga.

SUBJEKTIF :
-          Keluarga mengatakan diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi atau peningkatan kadar gula dalam darah yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati.
-          Keluarga mengatakan gejala yang biasanya terjadi pada diabetes mellitus seperti:
1)       Kadar glukosa puasa tidak normal
2)       Peningkatan pengeluaran urin (poliuria)
3)       Timbul rasa harus (polidipsia)
4)       Rasa lapar yang semakin besar (polifagia)
5)       BB berkurang
6)       Lelah dan mengantuk
7)       Gejala lain seperti kesemutan
8)       Gatal, mata kabur, impotensi, dan peruritas vulva



-          Keluarga mengatakan penyebab diabetes mellitus yaitu:
1)        DM Tipe 1
yang disebabkan oleh:
a)   Faktor genetik
b)   Faktor imunologi
c)   Faktor lingkungan: virus atau toksin
2)        DM tipe II
Disebabkan oleh: usia, obesitas, riwayat dan keluarga.

OBJEKTIF :
Keluarga menyimak setiap penjelaan dengan baik.

ANALYSIS :
Tujuan intruksional khusus (TUK 1) tercapai sesuai rencana.

PLANNING :
Evaluasi kembali TUK 1 tentang pengertian diabetes mellitus, gejala diabetes mellitus, penyebab diabetes mellitus pada kunjungan pertemuan kunjungan berikutnya.

Lanjutkan ke TUK 2 tentang bagaimana mengidentifikasi diabetes mellitus untuk pengambilan keputusan yang akan diambil keluarrga.


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian
  Penelitian ini menggunakan metode penelitian dalam bentuk studi kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan keluarga pada klien yang menderita Diabetes Mellitus dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang. Keluarga dan klien yang sakit di observasi selama 2 minggu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
  Penelitian studi kasus ini akan dilakukan di desa kebonagung, kecamatan Ploso, kabupaten Jombang. Penelitian akan di lakukan selama 2 minggu, setiap minggu 3 kali kunjungan, dan setiap kali kunjungan membutuhkan waktu  60 menit.

3.3 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah 2 keluarga yang memiliki masalah Diabetes Mellitus pada anggota keluarganya dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan .


3.4 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data studi kasus ini terdapat dalam tahapan sebagai berikut:
1)      Peneliti mengajukan surat rekomendasi penelitian kepada institusi pendidikan STIKES PEMKAB JOMBANG.
2)      Menyerahkan surat rekomendasi penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.
3)      Menyerahkan surat rekomendasi kepada kepala Puskesmas Bawangan, Ploso
4)      Studi dokumentasi data Puskesmas tentang Diabetes Mellitus dengan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan di Puskesmas Bawangan, Ploso
5)      Kemudian Puskesmas memberi surat pengantar ke kepala Desa Kebonagung, kecamatan Ploso
6)      Setelah diberi izin maka peneliti mencari 2 pasien yang sesuai dengan penelitian, yaitu dua keluarga dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus dengan masalah keperawatan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan di Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang yang termasuk dalam kriteria subyek dan bersedia menjadi responden, kemudian diambil sebagai responden.
7)      Setelah mendapatkan Responden, peneliti melakukan pengkajian keluarga dengan mengunjungi dan memperhatikan waktu kunjungan ke keluarga, bila pagi hari pukul 08.00 – 10.00 WIB, sore hari 17.00 – 19.00 WIB. kemudian menentukan masalah, mendiskusikan intervensi bersama keluarga responden, implementasi dan mengevaluasi hasil yang sudah peneliti lakukan.
8)      Metode pengumpulan data yang digunakan:
a)    Wawancara
Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (In-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.
b)   Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
c)    Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
d)   Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

3.5 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti, uji keabsahan data dilakukan dengan cara:
1)      Kredibilitas
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
a)      Memperpanjang masa pengamatan.
b)      Pengamatan yang terus-menerus.
c)      Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
d)     Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain).
e)      Mengadakan member check.
2)      Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.
3)      Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4)      Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.

3.6 Analisis Data
Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil intepretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diintepretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.
Urutan dalam analisa data adalah:
1)      Pengumpulan data
2)      Data dikumpulkan dari WOD (wawancara, observasi, dokumentasi). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan kemudian disalin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur). Kemungkinan data yang ditemukan:
a)      Wawancara : adakah anggota keluarga yang sakit Diabetes Mellitus, fungsi keluarga baik atau tidak.
b)      Observasi : anggota keluarga yang sakit Diabetes Mellitus atau tidak, keluarga mengerti tentang Diabetes Mellitus atau tidak, keluarga mampu merawat anggota yang sakit atau tidak.
3)      Studi dokumentasi : melihat data di Puskesmas
4)      Mereduksi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif, obyektif, dianalisis berdasarkan hasil kemudian dibandingkan dengan nilai normal.
5)      Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasian dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas diri klien.
6)      Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

3.7 Etika Penelitian
Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari:
1)      Informed consent (persetujuan menjadi klien).
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
2)      Anonymity (tanpa nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3)      Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Barnard, Christian. 2012. Pemeliharaan Kesehatan yang Efektif. Jakarta: Gunung Mulia.
Muhlisin, Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
NANDA. 2015-2016. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC.





Komentar

  1. If you're looking to lose fat then you need to start using this totally brand new personalized keto meal plan.

    To create this service, licenced nutritionists, fitness trainers, and cooks joined together to develop keto meal plans that are productive, convenient, money-efficient, and satisfying.

    Since their launch in early 2019, 100's of people have already transformed their figure and health with the benefits a proper keto meal plan can provide.

    Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-proven ones provided by the keto meal plan.

    BalasHapus
  2. If you're trying to lose pounds then you absolutely have to get on this brand new custom keto meal plan diet.

    To produce this service, certified nutritionists, personal trainers, and top chefs joined together to produce keto meal plans that are productive, painless, cost-efficient, and satisfying.

    Since their first launch in early 2019, hundreds of people have already transformed their body and well-being with the benefits a professional keto meal plan diet can offer.

    Speaking of benefits: in this link, you'll discover 8 scientifically-tested ones given by the keto meal plan diet.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

askep jiwa halusinasi pendengaran

contoh membuat CV